السبت، 2 مايو 2020

Opini Lepas Takjil

Memerhatikan fenomena jaman now banyak beredar para motivator  yang melatih guru-guru di Indonesia. Salut dengan niat baik serta semangat yang mereka berikan untuk menjawab tantangan pendidikan era 4.0. 


Hanya saja tanpa disadari terkadang malah menggeser peran guru kearah yang kurang tepat dengan khittoh guru sendiri. Teringat beberapa waktu lalu saya pernah mengikuti pelatihan semacam itu, terkaget saya karena didalamnya ada kegiatan bagaimana guru mampu menjual kopi kemasan secara cepat. Tentu bukan tidak baik, tapi pertanyaannya apa program ini mendukung kinerja guru dikelas? sepertinya akan jauh panggang dari api. 

Sebetulnya banyak guru-guru Indonesia dengan skill dan pengalaman yang mumpuni. Tetapi karena berbagai hal membuat mereka tidak bisa tampil didepan untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Kesibukan guru mengelola kelas, mengelola administrasi kelas dan setumpuk tugas adalah contoh salah satu faktor penyebab mereka tak punya kesempatan bahkan hanya sekedar berfikir kearah sana. 
Peran Organisasi Profesipun (PGRI, PGMI dan lain-lain) yang diharapkan mampu menjadi wadah peningkatan skill guru pun sangat kecil. Mereka hanya disibukan urusan-urusan kedinasan dan lain-lain. Akhirnya ruang kosong ini sebagai upaya pencerah bagi para guru diisi oleh sarjana-sarjana psikologi dan para motivator yang memang konsern dibidang itu. 
https://images.app.goo.gl/Vf5MTzf7WdkpqvpJ7

Terbayang ga sih hasilnya jika seorang sarjana pertanian yang dilatih cara bertani oleh sarjana teknik sipil? Setali tiga uang dengan sarjana psikologi (motivator) yang melatih sarjana pendidikan dapat diperkirakan sejauhmana out put kegiatan tersebut.  

Teringat saya guyonan Presiden ke-4 Republik Indonesia Al-maghfurllah KH. Abdur Rahman Wahid (Gusdur). Ada 4 macam model bangsa-bangsa di dunia, 1 bangsa yang sedikit bicara sedikit bekerja, 2 bangsa yang sedikit bicara banyak bekerja, 3 bangsa yang banyak bicara sedikit bekerja, 4 bangsa yang banyak bicara banyak bekerja. lalu ada seorang bertanya bangsa indonesia termasuk ke model mana Gus? "Indonesia tidak masuk ke semua model sebab yang dibicarakan berbeda dengan yang dikerjakan. mwehehehe ,,,,

https://images.app.goo.gl/fgkFTSGvXgwquVEr8

Apakah ini ada hubungannya dengan Program Kemendiknas yang baru-baru ini diluncurkan? pertanyaan ini mengusik jalan fikir saya. Terlepas dari pemikiran-pemikiran negatif yang berseliweran, saya juga tidak ingin menduga-duga. Semoga saja dorongan positif kebijakan pemerintah benar-benar bisa kembali membangkitkan potensi keunggulan dunia pendidikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi buat seluruh guru-guru Indonesia agar lebih meningkatkan kualitas dan kemampuannya sehingga Indonesia menjadi bangsa yang unggul dibidang pendidikan. 

Aamiin 

0 Post a Comment:

إرسال تعليق